Selasa, 25 November 2014

Puisi adalah salah satu jenis sastra yang bahasa di dalamnya terikat oleh, rima dan irama serta penyusunan bait dan larik. Membaca sebuah puisi akan berbeda dengan membaca sebuah teks cerita. Dalam membaca sebuah puisi tentu kita harus tahu, apa yang harus kita lakukan dalam dalam membaca puisi tersebut. Penjiwaan dan penghayatan dalam membaca puisi juga harus diperhatikan. Kita juga harus memperhatikan laval dan intonasi yang jelas. Memahami isi puisi adalah upaya awal yang harus dilakukan oleh pembaca puisi, untuk mengungkap makna yang tersimpan dan tersirat dari untaian kata yang tersirat.
Bagaimana kita membaca puisi dengan baik dan sampai sasaran/tujuan makna dari puisi yang kita baca sesuai maksud Sang Penyair? Ada beberapa tahapan yang harus di perhatikan oleh sang pembaca puisi, antara lain:

VOKAL

Adalah hal pertama yang paling urgen dalam membacakan puisi. Suara yang lantang, bersih dan jerni akan sangat berpengaruh dalam mengucapkan sebuah puisi. Vokal mencakupi hal berikut:
Artikulasi: Pengucapan kata yang utuh dan jelas, bahkan di setiap hurufnya.
Diksi: Pengucapan kata demi kata dengan tekanan yang bervariasi dan rasa.
Tempo: Cepat lambatnya pengucapan (suara). Kita harus pandai mengatur dan menyesuaikan dengan kekuatan nafas. Di mana harus ada jeda, di mana kita harus menyambung atau mencuri nafas.
Dinamika: Lemah dan kerasnya suara (setidaknya harus sampai pada penonton, terutama pada saat lomba membaca puisi). Kita ciptakan suatu dinamika yang prima dengan mengatur rima dan irama, naik turunnya volume dan keras lembutnya diksi, dan yang penting menjaga harmoni di saat naik turunnya nada suara.
Modulasi: Mengubah (perubahan) suara dalam membaca puisi.
Intonasi: Tekanan dan laju kalimat harus diperhatikan
Jeda: Pemenggalan sebuah kalimat dalam puisi, akan sangat membantu mengungkapkan keseluruhan isi puisi
Pernafasan: Biasanya, dalam membaca puisi yang digunakan adalah pernafasan perut.

PENAMPILAN

Adalah faktor lain untuk keberhasilan seseorang dalam membaca puisi. Penampilan ini berkaitan dengan kepribadian atau performance seseorang di atas pentas saat mempersembahkan sebuah puisi. Usahakan terkesan tenang, tak gelisah, tak gugup, berwibawa dan meyakinkan serta mengasyikkan (tidak demam panggung). Hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan penampilan, antara lain:
Gerak: Gerakan seseorang dalam membaca puisi harus dapat mendukung isi dari puisi yang dibaca. Gerak tubuh atau tangan jangan sampai klise.
Komunikasi: Pada saat kita membaca puisi harus bias memberikan sentuhan, bahkan menggetarkan perasaan dan jiwa penonton (Komunikatif)
Ekspresi: Tampakkan hasil pemahaman, penghayatan dan segala aspek di atas dengan ekspresi yang pas dan wajar.
Konsentrasi: Pemusatan pikiran terhadap isi puisi yang akan kita baca.

Dengan pemaparan tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa membaca puisi bukan sekedar menyampaikan arus pemikiran penyair, tapi kita juga harus menghadirkan jiwa sang penyair. Kita harus menyelami dan memahami proses kreatif sang penyair, bagaimana ia dapat melahirkan karya puisi.

Selasa, 14 Oktober 2014

sejarah puisi

Sejarah Puisi

Puisi (dari bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποιῶ (poiéo/poió) = I create) adalah seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya.
Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakan puisi dari prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan. Pandangan kaum awam biasanya membedakan puisi dan prosa dari jumlah huruf dan kalimat dalam karya tersebut. Puisi lebih singkat dan padat, sedangkan prosa lebih mengalir seperti mengutarakan cerita. Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tapi sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas. Selain itu puisi juga merupakan curahan isi hati seseorang yang membawa orang lain ke dalam keadaan hatinya.
Baris-baris pada puisi dapat berbentuk apa saja (melingkar, zigzag dan lain-lain). Hal tersebut merupakan salah satu cara penulis untuk menunjukkan pemikirannnya. Puisi kadang-kadang juga hanya berisi satu kata/suku kata yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebut mungkin membuat puisi tersebut menjadi tidak dimengerti. Tapi penulis selalu memiliki alasan untuk segala 'keanehan' yang diciptakannya. Tak ada yang membatasi keinginan penulis dalam menciptakan sebuah puisi. Ada beberapa perbedaan antara puisi lama dan puisi baru
Namun beberapa kasus mengenai puisi modern atau puisi cyber belakangan ini makin memprihatinkan jika ditilik dari pokok dan kaidah puisi itu sendiri yaitu 'pemadatan kata'. Kebanyakan penyair aktif sekarang baik pemula ataupun bukan lebih mementingkan gaya bahasa dan bukan pada pokok puisi tersebut.
Di dalam puisi juga biasa disisipkan majas yang membuat puisi itu semakin indah. Majas tersebut juga ada bemacam, salah satunya adalah sarkasme yaitu sindiran langsung dengan kasar.

 SAHABAT


Kau seperti bintang dilangit
Yang tak akan selalu terlihat
Tapi kau selalu ada untukku
Kaulah Sahabatku

Bagai bintang yang menerangi malam
Yang tak membiarkan bulan sendiri
Aku akan selalu bersamamu
Dalam suka dan duka

Eratkanlah pegangan kita
Yang tak lepas,tak akan lepas
Yang tak akan pernah hilang
Berdua kita bisa bersama

Ku bahagia kau ditakdirkan untuk temaniku
Dan kau datang untuk temani hari-hariku
Dan ku tak ingin kau berduka
Teteskan air mata